Ajiz Net~Seorang Pakar Kimia dari Universitas Indonesia Asmo Wahyu mendorong masyarakat untuk mampu mengenali secara sederhana perbedaan beras asli dengan beras yang dioplos material
"Paling tidak ada empat cara sederhana untuk mengenali beras plastik," kata Asmo dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/5/2015).
plastik."Paling tidak ada empat cara sederhana untuk mengenali beras plastik," kata Asmo dalam keterangan tertulis, Sabtu (23/5/2015).
Pertama, dari bentuknya, tampilan beras asli memiliki guratan dari bekas sekam padi, sedangkan beras plastik tidak terlihat guratan pada bulirnya dan bentuknya agak lonjong.
Kedua, dari ujung-ujung bulir beras, pada beras asli terdapat warna putih di setiap ujungnya, warna tersebut merupakan zat kapur yang mengandung karbohidrat. Sedang beras bercampur plastik tidak ada warna putihnya.
Ketiga, jika beras asli direndam dalam air maka akan berubah warna menjadi lebih putih, sedangkan beras plastik hasilnya tidak akan menyatu dan airnya tidak akan berubah menjadi putih.
Keempat, jika beras palsu ditaruh di atas kertas maka terlihat beras tidak natural, berbentuk lengkung, tidak ada patahan.
"Kalau dipatahkan akan pecah menjadi bentuk kecil-kecil. Sementara beras asli bentuk bulirnya sedikit menggembung dan kalau dipatahkan hanya terbelah menjadi dua," jelas dia.
Lebih jauh, kata Asmo, harga plastik sampai saat ini lebih mahal dari beras, meskipun itu merupakan bijih plastik daur ulang. Dan jenis plastik, kecuali untuk 23 jenis, katanya, bersifat anti air, tidak mungkin dapat dimasak, sweling mendekati tekstur nasi.
“Dikenal di Tiongkok saat ini artificial rice, berbahan baku utama tepung ubi, kentang, singkong, beras bubuk dan diproses dengan mesin mirip pemrosesan plastik. Yakni extruder dan dengan penambahan berbagai aditiv, utamanya plasticice seperti gliserin. Dan harganya pun masih di atas beras,” tandas Asmo.
Ketiga, jika beras asli direndam dalam air maka akan berubah warna menjadi lebih putih, sedangkan beras plastik hasilnya tidak akan menyatu dan airnya tidak akan berubah menjadi putih.
Keempat, jika beras palsu ditaruh di atas kertas maka terlihat beras tidak natural, berbentuk lengkung, tidak ada patahan.
"Kalau dipatahkan akan pecah menjadi bentuk kecil-kecil. Sementara beras asli bentuk bulirnya sedikit menggembung dan kalau dipatahkan hanya terbelah menjadi dua," jelas dia.
Lebih jauh, kata Asmo, harga plastik sampai saat ini lebih mahal dari beras, meskipun itu merupakan bijih plastik daur ulang. Dan jenis plastik, kecuali untuk 23 jenis, katanya, bersifat anti air, tidak mungkin dapat dimasak, sweling mendekati tekstur nasi.
“Dikenal di Tiongkok saat ini artificial rice, berbahan baku utama tepung ubi, kentang, singkong, beras bubuk dan diproses dengan mesin mirip pemrosesan plastik. Yakni extruder dan dengan penambahan berbagai aditiv, utamanya plasticice seperti gliserin. Dan harganya pun masih di atas beras,” tandas Asmo.
Usut tuntas
Sementara itu Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) mendesak pemerintah untuk segera menuntaskan kasus beredarnya beras beras plastik di banyak wilayah Indonesia.
Desakan itu didukung juga oleh langkah HIPPI yang tengah memotori langkah diversifikasi pangan di seluruh Indonesia.
“Kami mendesak pemerintah untuk segera menuntaskan kasus beras plastik yang sudah sangat meresahkan masyarakat,” ujar Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HIPPI Suryani Motik.
Yani, panggilan Suryani mengatakan, awalnya beras berbahan sintetis itu ditemukan di Pasar Bekasi. Namun kini, telah merambah ke banyak wilayah di Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Bali. Hal itu tentu sangat membahayakan bagi kesehatan masyarakat, sekaligus juga membahayakan ketahanan pangan nasional.
“Kami mendesak pemerintah untuk segera menuntaskan kasus beras plastik yang sudah sangat meresahkan masyarakat,” ujar Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) HIPPI Suryani Motik.
Yani, panggilan Suryani mengatakan, awalnya beras berbahan sintetis itu ditemukan di Pasar Bekasi. Namun kini, telah merambah ke banyak wilayah di Indonesia, mulai dari Sumatera hingga Bali. Hal itu tentu sangat membahayakan bagi kesehatan masyarakat, sekaligus juga membahayakan ketahanan pangan nasional.
"Pasalnya, dari total 250 juta penduduk Indonesia, mayoritas mengkonsumsi beras sebagai makanan utamanya," ungkapnya. (Ndw/Igw)
=====================================================================
Terimakasih Telah Membaca Artikel Di Ajiznet.blogspot.com
Semoga Tips Di Atas Bermanfaat... ^_^
Baca Juga :
Baca Juga :
Apa Itu Penyakit Lupus ?
=====================================================================
No comments:
Post a Comment